Misteri kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, wanita yang mati sehabis minum es kopi beracun di Kafe Olivier mulai menemukan titik terang. Dalam pemeriksaan Aparat Kepolisian yang awalnya mendatangkan Jessica Kumala Wongso sebagai saksi kunci korban, banyak melihat kejanggalan-kejanggalan yang mengarah jelas ke Jessica sebagai pelaku pembunuhan sesungguhnya.
Dimulai dari penolakan Jessica yang enggan mencicipi kopi maut Vietnam yang menewaskan Mirna, sedangkan Hani teman yang datang bersama korban beserta 2 staff pegawai Kafe Olivier berani mencicipi kopi 'racun sianida' tersebut.
Dimulai dari penolakan Jessica yang enggan mencicipi kopi maut Vietnam yang menewaskan Mirna, sedangkan Hani teman yang datang bersama korban beserta 2 staff pegawai Kafe Olivier berani mencicipi kopi 'racun sianida' tersebut.
Dugaan ini semakin kuat terungkap bila dikaitkan tentang motif asmara sejenis diantara mereka sebelumnya, barang bukti celana jeans yang sengaja Jessica buang usai bertemu dengan Mirna, sampai "beredarnya rekaman suara para saksi kematian Wayan Mirna".
Mengutip dari merdeka.com. anda dapat menilai sendiri benarkah jessica pelaku pembunuhan kasus kopi mirna sebenarnya, berikut rekaman yang diduga percakapan antara Ayah Mirna, Polisi dan Pegawai Kopi Olivier Cafe:
Photo Kenangan Wayan Mirna bersama Suami |
Suara ayah Mirna : Yang dia taruh di bag itu, kayak dialingin (halangin) gitu?
Suara saksi perempuan dari kafe : Itu belum sampai situ.
Suara ayah Mirna : Oh belum sampai situ.
Suara saksi perempuan dari kafe : Kemudian minuman ini datang, diantar oleh staf kita. Karena sebelum diantar ke mejanya, dia kan datang pesan sendiri, tapi dia mau langsung tutup bill, "Saya mau bayar sekarang." Padahal minumannya saja belum dia buat. Dia mau langsung tutup bill.
Suara penyidik : Yang mau tutup bill ini siapa? Si jessica?
Suara saksi perempuan dari kafe : Si jessica. Dia mau bayar langsung. Salah satu staf kita mungkin ada pertanyaan atau apa. Mungkin bertanya, dia (Jessica) bilang, "Saya mau traktir teman saya, kasih surprise."
Suara ayah Mirna : Saya mau tanya satu, boleh ya pak? Proses pembuatan kopi itu sebenernya yang buat siapa?
Suara saksi perempuan dari kafe : Rangga.
Suara ayah Mirna : Total dari pertama buat sampai selesai kopinya Rangga?
Suara saksi perempuan dari kafe : Oh iya, kopinya.
Suara ayah Mirna : Nanti Rangga kamu siapin ya.
Suara penyidik 2 : Sudah sudah (disiapin). Sudah di-BAP.
Suara saksi perempuan dari kafe : Penyajiannya di depan tamunya Pak. Karena dari bar itu standart kita itu cukup cuma menyediakan susu, es batu dan kopi.
Suara penyidik : It's oke. Saya sudah tau. Menurut keterangan Bapak, katanya ada jessica yang ngelola (minuman) sendiri ya Pak?
Suara ayah Mirna : Bukan, bukan. Ngaduknya itu musti tamu.
Suara saksi perempuan dari kafe : Itu beda lagi. Kemudian dia minta tutup bill, dia datang lagi ke area kasir untuk bayar padahal minumannya belum jadi, belum dibuat. Yang mana itu jarang sekali terjadi. Kemudian dia kembali ke table, minumannya datang. Dia sudah memposisikan minuman ini ditempatnya masing-masing. Kemudian dia taruh belanjaannya dia.
Photo Kenangan Wayan Mirna bersama Suami |
Suara penyidik : Oh sudah diatur? Mestinya dia taruh di bawah dong?
Suara saksi perempuan dari kafe : Iya, sofanya gede sekali.
Suara penyidik : Berarti sudah disetting sama dia penempatannya kursi-kursi? Gelasnya permasing
-masing kursi?
Suara penyidik 3 : Ya dengerin dulu. Jangan comment dulu.
Suara saksi perempuan dari kafe : Itulah kesulitan kita. Makanya kita nggak tahu itu apa yang dimasukin ke situ (minuman). Karena dia menghalangi CCTV.
Suara penyidik : Ngehalangin gelas?
Suara saksi perempuan dari kafe : CCTVnya jadi nggak bisa nyorot.
Suara penyidik : Jadi handbagnya itu ngalangin CCTV?
Suara ayah Mirna : Maksudnya dengan menghalangi CCTV itu dia taruh atau tidak taruh itu sudah modus.
Suara penyidik : Ya betul, Pak.
Suara saksi perempuan dari kafe : Setelah itu dia (Jessica)beraktifitas sendiri dengan minumannya. Dia taruh di bawah bagnya, kemudian dia berubah pikiran. Taruhnya di belakang lagi. Nah ini nggak tahu nih maksudnya apa, tujuannya apa. Karena di belakangnya itu ada tanaman lalu ada space. Mungkin nanti kalau lihat TKP-nya bisa dicek.
Suara ayah Mirna : Setelah dia kerja beres, baru dipindahin lagi? Terus dia takut, dipindahin lagi?
Suara saksi perempuan dari kafe : Nggak tahu. Kemudian datang mbak Mirna dan mbak Hani jam 17.25.
Suara ayah Mirna : Kita mau recover nama baik you.
Suara saksi perempuan dari kafe : Oke lah sekitar setengah 6 kita lihat, Mbak hani dengan Mbak Mirna datang. Kemudian sudah disetting duduknya. Kelihatannya sudah diatur. Minumannya sudah sejam kayanya juga esnya sudah mencair. Kalau dipegang sudah tidak dingin-dinginnya sama sekali.
Suara ayah Mirna : Stop sampai situ dulu. Sekarang saya tanya kenapa anak saya ngomong "Ini kopi kok baunya jamu? Nggak layak dijual." Terus saya suruh liat mantu saya yang belaga beli itu. Itu sebenarnya saya suruh lihat dulu. Saya suruh beli "Coba lu hans beli dulu, coba cium sama apa ga?" Ternyata lain (baunya).
Berarti ini minuman waktu di tangan Jessica sudah dikasih sesuatu sampai bau jamu tadi. Itu pikiran saya sama Komandan. Cuma yang jadi masalah apakah si Rangga ini ada satu lack of something seperti alat pembersih atau cleaner disitu? You nggak berani ya?
Berarti ini minuman waktu di tangan Jessica sudah dikasih sesuatu sampai bau jamu tadi. Itu pikiran saya sama Komandan. Cuma yang jadi masalah apakah si Rangga ini ada satu lack of something seperti alat pembersih atau cleaner disitu? You nggak berani ya?
Suara saksi perempuan dari kafe : Nggak, nggak karena kita pakai standart.
Suara ayah Mirna : Oke pasti you bela diri. Cuma nanti saya mau liat TKP juga. Nggak pernah tuh ya bau jamu.
Suara saksi perempuan dari kafe : Tidak ada karena kita tuang air panas di depan tamu. Lalu Mbak Hani sama Mbak Mirna datang duduk di tempat masing-masing. Sudah duduk di tempat masing-masing. Posisi Mbak Mirna di tengah.
Suara penyidik : Waktu datang gimana?
Suara saksi perempuan dari kafe : Waktu datang, "Hai", cipika cipiki biasa. Kita lihat biasa saja. Kita nggak lihat langsung itu.
Suara ayah Mirna : Ada yang aneh nggak? Siapa tahu kan lesbian ini.
Suara saksi perempuan dari kafe : Oh saya nggak tahu. Lalu mereka duduk.
Suara penyidik : Yang mengarahkan duduk?
Suara saksi perempuan dari kafe : Oh yang mengarahkan duduk Jessicanya.
Suara penyidik : Yang ngarahin duduk Jessica? Jadi sudah diblock sama Jessica?
(Mereka memeragakan jesicca bertemu hani dan mirna)
Suara penyidik : Bu Mirna udah kena jaring, dia di tengah.
Suara saksi perempuan dari kafe : Ini sudah disediain minuman. Kita nggak tahu percakapannya seperti apa karena di CCTV tidak bisa kedengeran. Dia minum satu shot, "slrup.." gitu. Dia ada penolakan, ada gestur "Apa sih!" Terus mukanya kaya panas gitu. Jadi kita hitung dia sampai 6x melakukan seperti ini.
Dia minum sedikit doang. Kemudian dia begini berkali-kali. "Panas...panas...panas..." gitu. Kemudian mungkin dia pikir biasa aja gitu kan. Mbak Hani ini panik.
Dia minum sedikit doang. Kemudian dia begini berkali-kali. "Panas...panas...panas..." gitu. Kemudian mungkin dia pikir biasa aja gitu kan. Mbak Hani ini panik.
Wayan Mirna Salihin |
Suara ayah Mirna : orang bener, orang bener.
Suara saksi perempuan dari kafe : Dia tanya "Kenapa?" , (Jessica jawab) "nggak tahu, nggak tahu". Nggak lama kemudian dia collapse, kejang, tangannya kaku. Kemudian staf-staf kita datang.
Suara penyidik : Sebentar, saya mau tanya respon dari pada si Jessica ini saat dia (Mirna) kejang seperti apa?
Suara ayah Mirna : Tenang katanya.
Suara saksi perempuan dari kafe : Yang saya lihat, Jessica itu sebelah saya, itu dia tenang sekali menurut saya dibanding satunya yang panik bukan main.
Suara penyidik : Jadi tenang sekali?
Suara ayah Mirna : Termasuk tenang lah itu.
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Justru karena kita mau tolong dia (Mirna). Dia (Jessica) block jalan.
Suara penyidik : Tetep dia berdiri disitu?
Suara saksi perempuan dari kafe : Sampai kita minta, "Mbak maaf mbak,". Kita mau ke Mbak Mirnanya. "Oh ya silahkan". Yang handle pertama saya, manager, staf.
Suara penyidik : Saat Mbak datang itu masih duduk Jessicanya? Mbak mau nemuin Bu Mirna mesti lewat Jessica dulu kan? Jadi pada saat datang dia masih dalam posisi duduk begitu? Cuek saja gitu?
Suara saksi perempuan dari kafe : Masih duduk.
Suara ayah Mirna : Nggakm ada reaksi? Kalau orang kan liat temen gitu pasti mau nolong.
Suara penyidik : Linglung? Ya, begitu pasti sudah berdiri langsung nolong.
Pemakaman Wayan Mirna Salihin |
Suara saksi perempuan dari kafe : Ada satu lagi manager kita berusaha masuk, karena kita mau menyilang badannya dia (Jessica), kita mau nolong nggak bisa. Sampai kita pikir "Please kalau lu nggak mau bantu, keluar dulu (dari meja). Kita mau bantu. Kalo lu nggak mau bantu please diri dulu karena kita mau lewat."
Sampai kita bilang "Mbak maaf mbak, kita mau ke sana. Mbaknya boleh berdiri dulu?"
Sampai kita bilang "Mbak maaf mbak, kita mau ke sana. Mbaknya boleh berdiri dulu?"
Sampai akhirnya dia bilang "Oh ya silahkan". Sekali doang. Kemudian kita tolong karena dia kaku. Saya sempat ambil tisu. Kemudian mba Jessica ini bilang "Ini minumannya campur apa sih?" Trus karena saya denger, saya "Loh kok minuman gitu?".
Saya langsung sadar diri, saya ke bar, saya minta minumannya yang tadi diangkat dari meja itu. Saya minta jangan apa2in saya langsung masuk ke dalam saya coba. Saya coba karena ada sedotannya, saya coba ditetesin sedikit. Untung saya tetesin sedikit bukan begini ya.
Saya langsung sadar diri, saya ke bar, saya minta minumannya yang tadi diangkat dari meja itu. Saya minta jangan apa2in saya langsung masuk ke dalam saya coba. Saya coba karena ada sedotannya, saya coba ditetesin sedikit. Untung saya tetesin sedikit bukan begini ya.
Suara penyidik : Langsung pengaruh?
Suara saksi perempuan dari kafe : Saya tetesin ke ujung lidah, itu lidah saya kebas setengah jam. Saya sempet muntah. Bartender saya, kapten saya sempat coba tapi cobanya begini (menirukan suatu gerakan). Dia muntah.
Suara ayah Mirna : Tapi dia nggak ditelan?
Suara saksi perempuan dari kafe : Ngga ditelan saja dia muntah. Ada di mulut, dia nggak telan, dia langsung muntah.
Suara penyidik : Itu rasanya pahit gitu?
Benarkah Jessica Pelaku Pembunuhan Wayan Mirna? |
Suara saksi perempuan dari kafe : Pahit, bau...baunya sangat bau kimia. Lidah saya kebas setengah jam. Jadi saya nggak bisa rasa lidah saya.
Suara ayah Mirna : Itu pasti poison. Kalau lihat dari CCTV itu gerakannya sangat cepat. Itu Mirna kaku cepat sekali makanya saya bilang saya ngeliat CCTV sampai merinding. Hanya hitungannya menit sudah kaku.
Suara saksi perempuan dari kafe : Dua menit reaksinya. Kemudian Saya kembali lagi ke table. Oh sebelum kembali ke table, saya sempet ambil tisue mau ngelap busanya.
Suara ayah Mirna : Kenapa anda nggak ada pikiran kasih minum susu banyak?
Suara saksi perempuan dari kafe: Karena sudah nggak responsif Pak. Sudah begini. Kita takut apa yang dikonsumsi itu masuk paru-paru Langsung masuk paru. Kita ngga mau ambil risiko juga. Karena dia sudah ga responsif dipegang aja sudah nggak bisa..
Suara ayah Mirna : Karena dipikirannya bukan keracunan ya?
Suara saksi perempuan dari kafe : Kita dipikiran nggak ada keracunan. Kita pikir, makanya saya sempat tanya Mbak Hani "Mbak maaf boleh telepon keluarganya? Mungkin ada history epilepsi atau minum obat," (Hani jawab) "Saya nggak tahu nomornya, saya nggak tahu keluarganya". (Saksi dari kafe) "Mungkin ada nomor pacarnya atau suaminya?", (Hani jawab) "Oh ya ada suaminya". Mbak hani lah yang telepon suaminya.
Foto Jessica Kumala Wongso |
Ayah : datang suaminya?
Cwe : blm pak. Jadi selama dia proses tlp ini, kita udah panggil doorman dari GI bawa wheelchair, ini sudah kaku sudah tidak bisa digerakkan. Otomatis kita...
Suara ayah Mirna : Tapi masih hidup toh?
Suara saksi perempuan dari kafe : Masih...masih.. Orang dia masih bernafas. Kita minta dia dibawa ke klinik karena lebih baik ditangani oleh yang berpengalaman gitu kan. Oleh dokter. Jadi kita bawa ke klinik. Tapi kaki sudah tidak bisa ditekuk. Kita bantu tekuk, baru bisa dibawa ke klinik. Ditemenin ke bawah.
Suara saksi pria : jadi pas ada reaksi seperti itu, kan saya juga di belakang restoran, dimana saya dapat laporan ada customer yang lagi sakit. Jadi saya langsung ambil action setahu saya ada klinik di Grand Indonesia.
Saya cari ke Pusat Informasi "Tolong dibantu ada dokter nggak. Kalo memang ada dokter tolong dibantu wheelchairnya. Kita pindahkan Mbak Mirna ke kursi roda kita lansung bawa ke klinik. Karena saya yang mengantar sampai klinik.
Saya cari ke Pusat Informasi "Tolong dibantu ada dokter nggak. Kalo memang ada dokter tolong dibantu wheelchairnya. Kita pindahkan Mbak Mirna ke kursi roda kita lansung bawa ke klinik. Karena saya yang mengantar sampai klinik.
Setelah sampai di klinik baru kita mau angkat dia ke tempat tidur buat di cek dokter, suaminya datang. Dia langsung "Sudah, ke dokter saja.". Saya juga lihat sampai Bu Mirna ini di bawa ke mobil. Cuma oksigen yang dipinjamkan oleh dokter klinik, dokter Yosua. Sudah gitu jalan, saya gatau lagi Pak. Saya kembali ke outlet.
Suara ayah Mirna : Dibawa ke Waluyo, saya sudah tau deh ceritanya.
Suara penyidik : Posisi dibawa ke ambulans itu masih hidup kan?
Suara saksi pria : Masih. Sempet dia masih lihat gitu.
Suara penyidik : Dibawa ke klinik itu Jessicanya gmn?
Pra Rekonstruksi Jessica Kumala Wongso di Kafe Olivier |
Suara saksi pria : Masih ada di situ. Saya lihat yang nyupir itu suami korban terakhir, di depannya itu ada Mbak Hani. Jesiccanya di belakang. Dia sempet kebingungan karena kepalanya (Mirna) itu ditaruh di pahanya Mba Jessica karena saya bilang "Itu jangan tiduran.
Kalau mau duduk di situ, palanya taruh di atas." Jadi abis itu langsung jalan, kita nggak tahu lagi. Tapi memang saya dengar pihak sekuriti gedung menanyakan data-data. Di situ kita tahu namanya Bu Mirna, dan jessica memberikan nomor Jessica.
Kalau mau duduk di situ, palanya taruh di atas." Jadi abis itu langsung jalan, kita nggak tahu lagi. Tapi memang saya dengar pihak sekuriti gedung menanyakan data-data. Di situ kita tahu namanya Bu Mirna, dan jessica memberikan nomor Jessica.
Suara saksi perempuan dari kafe : Karena setiap reservasi itu selalu kita minta nomor telepon. Jadi kalau jam setengah 8 tidak ada kabar, kita yang telepon sendiri ke Jessicanya.
Pemirsa beritaterbaru.id semoga saja misteri kasus pembunuhan Wayan Mirna yang tewas akibat minum kopi bercampur racun sianida akan segera terungkap dan dapat menangkap tokoh pelaku sebenarnya, kita doakan saja agar aparat Kepolisian dapat bertindak profesional dalam menangani kasus tersebut agar tidak menjadi permasalahan yang berlarut-larut lagi.
0 komentar:
Post a Comment