Ahli bahasa Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Suhartono, berpendapat bahwa Bahasa Indonesia memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bahasa resmi ASEAN dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Ada dua bahasa yang berpotensi menjadi bahasa ASEAN, yakni Bahasa Indonesia dan Melayu," kata Suhartono sebagaimana dikutip Antara pada Jumat (8/1).
Peta negara-negara ASEAN. Sumber: Kompas |
Namun, Suhartono yakin bahwa Bahasa Indonesia memiliki potensi terbesar. Hal ini didukung oleh empat argumentasi ilmiah. Argumen tersebut adalah: Bahasa Indonesia telah dipelajari di banyak negara, mudah untuk dikuasai, berkembang pesat, dan sebagian besar kata-kata dalam Bahasa Indonesia juga ada dalam kosa kata bahasa negara ASEAN lainnya," kata Suhartono.
Suhartono mengakui bahwa penyebaran Bahasa Indonesia memang tidak sebaik Bahasa Melayu yang dipakai di Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan. Namun demikian, populasi Indonesia sendiri mencakup 60 persen dari total masyarakat ASEAN yang berbahasa Indonesia.
"Meski tidak merata seperti Bahasa Melayu, namun kosa kata Indonesia ada sejumlah negara, seperti contoh, 'candra' di Kamboja dan Indonesia yang sama-sama berarti rembulan, 'bum' dan 'land' di Thailand yang di Indonesia berarti 'Bumi' dan 'tanah'" ujar Suhartono.
Bahkan, kosa kata di Thailand juga mirip dengan kosa kata bahasa daerah di Indonesia. Sebagai contoh, 'suwarna' yang juga dalam Bahasa Jawa berarti emas. "atau, 'kodang' yang dalam Bahasa Indonesia mirip dengan 'gudang'," katanya.
"Apalagi, Saya mendengar bahwa beberapa negara ASEAN juga sudah banyak mempelajari Bahasa Indonesia untuk kepentingan MEA. Diluar itu, Bahasa Indonesia juga sudah banyak dipelajari di Jepang, Australia, dan negara lainnya," tungkas Suhartono.
Senada dengan Suhartono, Rektor Unesa Prof Warsono mendukung upaya Pemerintah RI untuk bernegosiasi dengan negara ASEAN lainnya agar Bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa resmi ASEAN.
"Unesa turut mendorong Bahasa Indonesia menjadi bahasa ASEAN, karena pengguna bahasa Melayu mencakup 60-70 Persen penduduk ASEAN di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam," katanya.
0 komentar:
Post a Comment