Seorang pria yang berhasil ditewaskan oleh regu polisi dan tentara dalam baku tembak di Pegunungan Tineba, Poso, Sulawesi Tengah, pada Jumat (15/1) pagi kemarin, ternyata bukanlah Santoso seperti yang dirumorkan akhir-akhir ini. Demikian disampaikan oleh pakar terorisme.
Mengutip informasi yang diambil dari regu operasi Poso, Rakyan Adibrata mengatakan bahwa tersangka teroris yang meninggal dan banyak diberitakan di media massa, teridentifikasi sebagai Basri. Ia adalah anggota senior dalam jaringan teroris Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin oleh Santoso.
Regu operasi gabungan Camar Maleo di Poso. Sumber: JPNN |
“Dia bukan Santoso, tapi Basri, seorang tersangka teroris yang berhasil melarikan diri dari penjara pada tahun 2013 silam,” ujar Rakyan kepada awak media pada Sabtu (16/1).
Ia mengatakan bahwa identitas mayat teroris tersebut kemungkinan besar sudah teridentifikasi lewat proses fisik, karena ujicoba DNA masih belum dapat dilakukan di Palu.
Basri, atau yang sering dipanggil Bagong, adalah anggota yang masuk dalam jajaran pimpinan kelompok MIT. Ia dulunya adalah anggota Jamaah Islamiyah yang berhasil kabur dari rutan Ampana di Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah, pada 19 April 2013. Ia kabur setelah divonis hukuman 19 tahun penjara karena melakukan serangan bom serta pembunuhan besar-besaran di Poso dari tahun 2004-2006.
Pemerintah telah mencari Basri dan Santoso dengan melakukan operasi Tinombala, sebagai lanjutan dari operasi gabungan TNI-Polri yang diberi nama “Camar Maleo.” Basri dilaporkan tewas tertembak pada hari Jumat. Operasi ini ditujukan untuk memburu dan membinasakan MIT yang beroperasi di seputar wilayah Poso, Sulawesi Tengah.
Sebelumnya, foto anggota MIT yang berhasil ditewaskan oleh regu operasi TNI-Polri banyak beredar di media. Gubernur Sulawesi Tengah, Longko Djanggola, dan mantan anggota teroris Poso, Pian Djumpai mengatakan bahwa foto tersebut mirip dengan Santoso. Keterangan ini akhirnya terbantahkan.
0 komentar:
Post a Comment